Birner, Betty J. (2013). Introduction
to Pragmatics (First Edition). Singapore: Wiley-Blackwell.
Buku ini memenuhi
persyaratan yang mewakili buku teks terkait bahasan seputar linguistik, khususnya
pragmatik. Tiap bab terdapat simpulan dan soal latihan atas pembahasannya.
Berikut adalah beberapa bahasan di dalam buku ini; Gricean Implicature,
Later Approaches to Implicature, Pressuposition, Speech Acts, dan Inferential
Relations. Sub judul tiap bab juga kaya akan konten pembahasannya, seperti: Deixis
and Anaphora pada bab “Reference”; “Face and Politeness”
pada bab “Speech Acts”.
Brown P., dan Levinson
S. (1987). Politeness: Some Universal in Language Usage. Cambridge:
Cambridge University Press.
Strategi kesantunan
adalah strategi yang digunakan guna menghindari efek pengrusakan citra diri
yang muncul akibat dari FTA yang dihasilkan oleh penutur. Nah, buku ini
berisikan penjelasan tentang teori kesantunan yang telah disempurnakan oleh
Brown dan Levinson. Brown dan Levinson (1987: 59 – 60) menyempurnakan teori
kesantunan yang berpendapat bahwa setiap kalangan masyarakat memiliki ‘citra
diri’ (face), sebagai gambaran dirinya di hadapan publik. dengan tujuan
untuk mengurangi ancaman. Brown dan Levinson dalam Birner (2012: 303) membagi
citra diri menjadi dua bagian, yaitu citra diri positif (Positive Face)
dan citra diri negatif (Negative Face). Citra diri positif bermakna
kepribadian dan termasuk juga keinginan seseorang agar pencitraan dirinya
diterima dan dihargai oleh orang lain dalam suatu kalangan, tentunya citra
diri ini berbeda dalam setiap budaya, karena hal tersebut bergantung pada
pandangan budaya setempat. Citra negatif termasuk pada aspek tuntutan dasar
terhadap kepemilikan pribadi dan ruang pribadi, hak untuk tidak ingin diganggu,
untuk mandiri dan memiliki kebebasan bertindak.
Cruse, Allan. (2006). A
Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University Press
Ltd.
Buku ini menawarkan
kemudahan bagi peneliti dalam menemukan kosakata sulit mengenai kajian semantik
dan pragmatik. Istilah sulit yang dijelaskan pada buku ini dapat memberikan
pemahaman secara cepat dan tepat ketika peneliti mengalami kesulitan dalam
mendefenisikannya. Buku ini mengilustrasikan definisi istilah dengan bahasa
yang mudah dimengerti dalam memahami konsep pragmatik dan studi makna.
Edwards, John. (2009). Language
and Identity an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.
Bahasa merupakan salah
satu aspek terpenting dan merupakan bagian dalam menentukan jati diri kita.
Buku ini menggambarkan hubungan identitas manusia dikalangan sebuah grup
tertentu, misalnya etnik, nasional, religi dan gender, dan variasi bahasa pun
akan timbul. Selain itu, buku ini juga menyediakan informasi mengenai dasar pemahaman
terhadap bahasan bahasa terkait identitas. Diawali dengan penjelasan mengenai
definisi bahasa, definisi dialek, pembahasan mengenai hak-hak kebahasaan (language
rights), bahasa unik yang ditemukan pada sekelompok grup tertentu,
bagaimana bahasanya, apakah harus sebuah grup memiliki bahasa yang unik dan
berbeda satu sama lain dan seberapa pengaruhnya terhadap perkembangan
kebahasaan.
Bagian yang membuat buku
ini patut untuk dijadikan rujukan adalah karena adanya pembahasan mengenai
bagaimanakah suatu bahasa itu, baik dalam skala kecil, menengah dan besar
digunakan untuk menyebarkan sebuah ideologi. Buku ini juga mencoba menjawab
kenapa setiap keyakinan memiliki tanda bahasa atau tanda linguistik yang
sifatnya central dan terintegrasi, sehingga menjadikan sesama pengguna bahasanya
bisa peduli satu sama lain. Dengan memfokuskan pembahasan terkait dialek,
identitas, religi, etnik dan alegansi nasional, buku ini banyak memberikan
contoh dan tentunya akan membantu dalam menambah wawasan kebahasaan kita.
Gunarwan, Asim. (2007). Pragmatik:
Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Penerbit Universitas Atmajaya.
Buku ini mencangkup
hampir segala aspek pragmatik dan menyediakan paparan teori-teori pragmatik
yang selalu digunakan dalam kajian ilmu linguistik. Terlebih terdapat
contoh-contoh penelitian terkait bidang pragmatik. Buku ini tentu menjadi
rujukan yang tepat karena terdapat penjelasan yang dibutukan dalam sebuah kajian
pragmatik. Buku ini dituliskan dalam Bahasa Indonesia tetapi kontennya sangat
kaya informasi. Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai teori kesantunan, juga diawali dari prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh
Grice, yaitu (1) maxim quantity: mengatakan sesuatu seperlunya, (2) maxim
quality: mengatakan apa yang diyakini benar, (3) maxim of relation:
mengatakan sesuatu yang relevan, (4) maxim manner: mengatakan
sesuatu yang jelas dan lepas dari unsur ambiguitas. Unsur be polite meliputi
dua hal, yaitu (1) tidak ada unsur paksaan terhadap mitra tutur, memberikan
pilihan, dan (2) menunjukkan keakraban.
Selain itu ada juga
Leech yang merumuskan teori kesantunan berbahasa. Ia merumuskan dua sistem
pragmatik, yaitu retorika teks dan retorika interpersonal. Retorika teks
mengacu pada prinsip kejelasan, ekonomi dan ekspresif. Retorika interpersonal
menurutnya paling tidak terdiri dari tujuh maksim yang tertuju pada mitra
tutur. Gunarwan (2007:303) hanya menampilkan enam maksim di dalam bukunya,
yaitu (1) maksim kebijaksanaan, (2) maksim kemurahan hati, (3) penerimaan
dengan baik, (3) kesederhanaan, (4) persetujuan, (5) simpati dan (6)
pertimbangan. Kemudian teori mengenai kesantunan ini disempurnakan oleh Brown
dan Levinson (1987: 59 – 60) yang berpendapat bahwa setiap kalangan masyarakat
memiliki ‘citra diri’ (face), sebagai gambaran dirinya di hadapan
publik.
By: Seradona
Halo.mau cari buku yang pertama ada mba ya?
ReplyDelete