Search This Blog

Wednesday, April 20, 2016

Referensi Buku: Pragmatik (1)

Birner, Betty J. (2013). Introduction to Pragmatics (First Edition). Singapore: Wiley-Blackwell.


Buku ini memenuhi persyaratan yang mewakili buku teks terkait bahasan seputar linguistik, khususnya pragmatik. Tiap bab terdapat simpulan dan soal latihan atas pembahasannya. Berikut adalah beberapa bahasan di dalam buku ini; Gricean Implicature, Later Approaches to Implicature, Pressuposition, Speech Acts, dan Inferential Relations. Sub judul tiap bab juga kaya akan konten pembahasannya, seperti: Deixis and Anaphora pada bab “Reference”; “Face and Politeness” pada bab “Speech Acts”.

Brown P., dan Levinson S. (1987). Politeness: Some Universal in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.


Strategi kesantunan adalah strategi yang digunakan guna menghindari efek pengrusakan citra diri yang muncul akibat dari FTA yang dihasilkan oleh penutur. Nah, buku ini berisikan penjelasan tentang teori kesantunan yang telah disempurnakan oleh Brown dan Levinson. Brown dan Levinson (1987: 59 – 60) menyempurnakan teori kesantunan yang berpendapat bahwa setiap kalangan masyarakat memiliki ‘citra diri’ (face), sebagai gambaran dirinya di hadapan publik. dengan tujuan untuk mengurangi ancaman. Brown dan Levinson dalam Birner (2012: 303) membagi citra diri menjadi dua bagian, yaitu citra diri positif (Positive Face) dan citra diri negatif (Negative Face). Citra diri positif bermakna kepribadian dan termasuk juga keinginan seseorang agar pencitraan dirinya diterima dan dihargai oleh orang lain dalam suatu kalangan, tentunya citra diri ini berbeda dalam setiap budaya, karena hal tersebut bergantung pada pandangan budaya setempat. Citra negatif termasuk pada aspek tuntutan dasar terhadap kepemilikan pribadi dan ruang pribadi, hak untuk tidak ingin diganggu, untuk mandiri dan memiliki kebebasan bertindak.

Cruse, Allan. (2006). A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University Press Ltd.


Buku ini menawarkan kemudahan bagi peneliti dalam menemukan kosakata sulit mengenai kajian semantik dan pragmatik. Istilah sulit yang dijelaskan pada buku ini dapat memberikan pemahaman secara cepat dan tepat ketika peneliti mengalami kesulitan dalam mendefenisikannya. Buku ini mengilustrasikan definisi istilah dengan bahasa yang mudah dimengerti dalam memahami konsep pragmatik dan studi makna.

Edwards, John. (2009). Language and Identity an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.


Bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dan merupakan bagian dalam menentukan jati diri kita. Buku ini menggambarkan hubungan identitas manusia dikalangan sebuah grup tertentu, misalnya etnik, nasional, religi dan gender, dan variasi bahasa pun akan timbul. Selain itu, buku ini juga menyediakan informasi mengenai dasar pemahaman terhadap bahasan bahasa terkait identitas. Diawali dengan penjelasan mengenai definisi bahasa, definisi dialek, pembahasan mengenai hak-hak kebahasaan (language rights), bahasa unik yang ditemukan pada sekelompok grup tertentu, bagaimana bahasanya, apakah harus sebuah grup memiliki bahasa yang unik dan berbeda satu sama lain dan seberapa pengaruhnya terhadap perkembangan kebahasaan.

Bagian yang membuat buku ini patut untuk dijadikan rujukan adalah karena adanya pembahasan mengenai bagaimanakah suatu bahasa itu, baik dalam skala kecil, menengah dan besar digunakan untuk menyebarkan sebuah ideologi. Buku ini juga mencoba menjawab kenapa setiap keyakinan memiliki tanda bahasa atau tanda linguistik yang sifatnya central dan terintegrasi, sehingga menjadikan sesama pengguna bahasanya bisa peduli satu sama lain. Dengan memfokuskan pembahasan terkait dialek, identitas, religi, etnik dan alegansi nasional, buku ini banyak memberikan contoh dan tentunya akan membantu dalam menambah wawasan kebahasaan kita.

Gunarwan, Asim. (2007). Pragmatik: Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Penerbit Universitas Atmajaya.



Buku ini mencangkup hampir segala aspek pragmatik dan menyediakan paparan teori-teori pragmatik yang selalu digunakan dalam kajian ilmu linguistik. Terlebih terdapat contoh-contoh penelitian terkait bidang pragmatik. Buku ini tentu menjadi rujukan yang tepat karena terdapat penjelasan yang dibutukan dalam sebuah kajian pragmatik. Buku ini dituliskan dalam Bahasa Indonesia tetapi kontennya sangat kaya informasi. Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai teori kesantunan, juga diawali dari prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice, yaitu (1) maxim quantity: mengatakan sesuatu seperlunya, (2) maxim quality: mengatakan apa yang diyakini benar, (3) maxim of relation: mengatakan sesuatu yang relevan, (4) maxim manner: mengatakan sesuatu yang jelas dan lepas dari unsur ambiguitas. Unsur be polite meliputi dua hal, yaitu (1) tidak ada unsur paksaan terhadap mitra tutur, memberikan pilihan, dan (2) menunjukkan keakraban.

Selain itu ada juga Leech yang merumuskan teori kesantunan berbahasa. Ia merumuskan dua sistem pragmatik, yaitu retorika teks dan retorika interpersonal. Retorika teks mengacu pada prinsip kejelasan, ekonomi dan ekspresif. Retorika interpersonal menurutnya paling tidak terdiri dari tujuh maksim yang tertuju pada mitra tutur. Gunarwan (2007:303) hanya menampilkan enam maksim di dalam bukunya, yaitu (1) maksim kebijaksanaan, (2) maksim kemurahan hati, (3) penerimaan dengan baik, (3) kesederhanaan, (4) persetujuan, (5) simpati dan (6) pertimbangan. Kemudian teori mengenai kesantunan ini disempurnakan oleh Brown dan Levinson (1987: 59 – 60) yang berpendapat bahwa setiap kalangan masyarakat memiliki ‘citra diri’ (face), sebagai gambaran dirinya di hadapan publik.

By: Seradona

1 comment:

Sebuah Ringkasan: Taksonomi Tindak Tutur (Speech Acts) Searle 1969

Searle (1969) mengklasifikasikan tindak tutur ke dalam 5 kategori atau yang dinamakan makrofungsi (Cruse, 2004). Jenis-jenis tindak tutu...